Resensi Novel "Hyouka"
Resensi Novel "Hyouka"
Judul: Yonezawa Honobu
Penerbit : Haru
Tahun Terbit (Indonesia) : 2017
Pertama kali terbit di Jepang tahun 2001
Bahasa : Indonesia (dari Jepang)
Tebal : 244 halaman
ISBN : 9786026383396
BLURB
Kalau kita menyelidikinya, mungkin akan terjadi hal-hal yang
tidak baik.
Oreki Hotaro adalah pemuda hemat energi. Mottonya adalah,
“Kalau tidak butuh dikerjakan, lebih baik tidak dikerjakan. Kalau harus
dikerjakan, sebisanya saja.”
Hanya saja, semua itu berubah saat dia terpaksa bergabung
dengan Klub Sastra Klasik. Chitanda Eru – gadis dengan rasa penasaran yang
tinggi – mengubah hari-hari Hotaro, dan dia harus memecahkan misteri demi
misteri yang terjadi di sekitar mereka.
Gara-gara Chitanda, mereka dihadapkan pada kasus 33 tahun
yang lalu. Hanya saja petunjuk mereka hanyalah sebuah antologi berjudul Hyouka.
Ringkasan Isi
Novel ini menceritakan tentang seorang pelajar bernama Oreki
Hotaro yang sangat hemat energi. Atas paksaan kakaknya, dia masuk Klub Sastra
Klasik.
Klub Sastra Klasik di gawangi oleh empat siswa, yaitu: Oreki
Hotaro, Chitanda Eru, Fukube Satoshi, Ibara Mayaka. Bermula dari rasa penasaran
Chitanda – apa yang dikatakan pamannya, Sakitani Jun yang membuat dia menangis
– klub itu melakukan misi utamanya. Mereka melakukann analisa hipotesis
mengenai sejarah Klub Sastra Klasik – misteri buku antologi Hyouka 33 tahun
silam yang melibatkan Sakitani Jun menjadi korban pada festival budaya yang
disebut Festival Kanya.
Masing-masing dari mereka membuat hipotesis dari antologi
Hyouka dan informasi yang mereka dapat. Kemampuan Oreki untuk menyimpulkan
hipotesa kasus memberikan titik terang. Ditambah informasi dari wawancara guru
perpustakaan, Itoigawa Youko yang merupakan penulis kata pengantar buku Hyouka
edisi satu.
Sepuluh tahun dari sekarang, pasti aku tidak akan
menyesali hari ini. (hal. 203)
Alasan judul buku dinamakan Hyouka adalah permainan kata
sebagai sandi yang diberikan oleh Sakitani Jun. Hyouka ditulis dengan dua kanji
: Es dan makanan manis. Ice Cream dalam bahasa inggris lalu potong suku
katanya. Selain judul yang menjadi misteri, gambar covernya pun misteri: seekor
kelinci bertarung dengan seekor anjing sedangkan sekelompok kelinci menonton
pertarungan tersebut. Gambar itu menggambarkan nasib Sakitani Jun(kelinci) yang
diseret-seret pihak sekolah(Anjing) sedangkan teman-teman yang ikut protes
hanya bisa berdiam diri. Sehingga Sakitani Jun dianggap pahlawan sekaligus
sekedar legenda.
Usai penyelidikan, Chitanda mulai mengingat perkataan
pamannya yang membuat dia menangis dan dari situ kasus selesai.
Kalau saya lemah pada saat hari itu tiba, saya akan
‘mati’ di dalam mesikipun saya masih hidup. ~Sakitani Jun~ (hal. 224)
Ulasan
Karakter Oreki Hotaro yang dingin dan hemat energi memang
menjadi tokoh utama di sini sebab dia menjadi narator di dalam novel.
Dengan kata lain, novel ini menggunakan sudut pandang aku (Oreki Hotaro).
Saya suka dengan karakter Oreki Hotaro. Dia bisa memosisikan
dirinya di berbagai situasi. Serta cara dia memecahkan kasus pun terkesan
cerdas untuk ukuran pelajar.
Ice Cream: I Scream
Komentar
Posting Komentar